Kamis, 27 Mei 2010

Ciri linguistik bahasa baku menurut harimurti

Nama     : Ari Dwi Puspita
NIM     : 07003064

Judul Skripsi: Analisis Vegetasi Strata Herba Kawasan Hutan Resort Pemangkuan Hutan (Rph) Kaliurang Pasca Erupsi Gunung Merapi (Sebagai Alternatif Sumber Belajar Biologi Di SMA Kelas X Pada Materi Pembelajaran Komponen Ekosistem)
Oleh     :Agus Wiratman 05008069
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan  Yogyakarta 2008

Ciri linguistik bahasa baku menurut harimurti.
1.    Ketepatan dan kelengkapan penggunaan fungsi gramatikal
a.    Setelah melewati Ring Road Utara, sungai Boyong ini berganti nama menjadi sungai Code.
b.    Di bagian ujung sungai, air tidak dapat terlihat karena berada di bawah tanah dan air sungai baru dapat dilihat setelah berjarak tujuh kilometer dari mata air.
Seharusnya:
a.    Sungai Boyong ini berganti nama menjadi sungai Code setelah melewati Ring Road Utara.
b.    Air tidak dapat terlihat karena berada di bawah tanah dan air sungai baru dapat dilihat setelah berjarak tujuh kilometer dari mata air di bagian ujung sungai.

2.    Ketepatan dan kelengkapan penggunaan afiks
a.    Pohon yang berada di sepanjang sempadan sungai mempunyai fungsi untuk mencegah longsor sehingga tepian sungai tidak lebar karena tergerus oleh air.
b.    Selain dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis-jenis pohon di sempadan sungai Code hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat  jadi sumber belajar biologi siswa SMA kelas X  pada materi pembelajaran komponen ekosistem terestrial.
Seharusnya:
a.    Pohon yang berada di sepanjang sempadan sungai mempunyai fungsi untuk mencegah longsor sehingga tepian sungai tidak melebar karena tergerus oleh air.
b.    Selain dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis-jenis pohon di sempadan sungai Code hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber belajar biologi siswa SMA kelas X  pada materi pembelajaran komponen ekosistem terestrial.
3.    Ketepatan dan kelengkapan penggunaan konjungsi dan kata-kata tugas lain
a.    Berdasarkan hasil survei pendahuluan, diketahui bahwa panjang sungai Code adalah 46 km.
b.    Ukuran sangkil adalah kalau tujuan pembelajaran dapat dicapai, sedangkan ukuran mangkus adalah penghematan dalam hal daya (energi), biaya, (sarana prasarana), dan waktu.
Seharusnya:
a.    Berdasarkan hasil survei pendahuluan, diketahui jika panjang sungai Code adalah 46 km.
b.    Ukuran sangkil adalah jika tujuan pembelajaran dapat dicapai, sedangkan ukuran mangkus adalah penghematan dalam hal daya (energi), biaya, (sarana prasarana), dan waktu.
4.    Penggunaan frase kerja:
Aspek+pelaku+kata kerja
Bukan
Pelaku+aspek+kata kerja
5.    Penggunaan konstruksi gramatikal yang sintetis



6.    Tidak dipergunakannya unsure leksikal dan gramatikal dari bahasa daerah, dialek, dan bahasa asing yang belum lazim
a.    Herbalogi tidak menggunakan bahan isolation atau bahan kimia sintetik atau drugs.
b.    Hal ini juga dapat menghindarkan terjadinya side effect.
Seharusnya:
a.    Herbalogi tidak menggunakan bahan isolasi atau bahan kimia sintetik atau obat-obatan.
b.    Hal ini juga dapat menghindarkan terjadinya efek samping.

7.    Penggunaan polaritas tutur sapa yang resmi




8.    Tidak dipergunakannya singkatan atau pemendekan bentuk yang lain
a.    Bahan minuman alternatif tersebut harus memiliki harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat ekonomi menengah ke bawah, hingga tingkat atau mutu kesehatan mereka dapat tetap terjamin.
b.    Pemanjangan sel pada titik tumbuh batang, tapi pada umumnya menghambat pemanjangan sel-sel akar
Seharusnya:
a.    Bahan minuman alternatif tersebut harus memiliki harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat ekonomi menengah ke bawah, sehingga tingkat atau mutu kesehatan mereka dapat tetap terjamin.
b.    Pemanjangan sel pada titik tumbuh batang, tetapi pada umumnya menghambat pemanjangan sel-sel akar
9.    Ketepatan dan kelengkapan penggunaan partikel

contoh proposal penelitian bahasa indonesia

PROposal

Pola Frase Indosentrik Apositif Pada Kolom Dialog Dalam Tabloid Bola Edisi Bulan April 2010
Suatu Pendekatan Sintaksis

Disusun Oleh :

Ari Dwi Puspita
07003064



Program Studi Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia
Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
Universitas Ahmad dahlan
Yogyakarta
2010


Pola Frase Indosentrik Apositif Pada Kolom Dialog Dalam Tabloid Bola Edisi Bulan April 2010
Suatu Pendekatan Sintaksis

A.    Pendahuluan
1.    Latar belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang terdiri dari unsur-unsur yang sistematis dan saling berkaitan. Unsur-unsur tersebut berada pada tataran-tataran tertentu. Tataran bahasa terdiri dari yang tertinggi sampai yang terendah berturut-turut ialah wacana, kalimat, klausa, frasa, dan kata. Tataran kalimat dapat dianalisis menurut fungsi, kategori, dan peran. dalam bahasa Indonesia ada kalimat yang fungsi predikatnya (P-nya) berkategori verba.Menurut TataBahasa Baku Bahasa Indonesia (1998: 136), jenis verba menurut perilaku sintaktisnya terdiri atas verba transitif dan verba taktransitif. Verba transitif ialah verba yang memerlukan nomina sebagai objek (0) dalam kalimat aktif dan objek itu dapat berfungsi sebagai subjek (S) dalam kalimat pasif, sedangkan verba taktransitif ialah verba yang tidak memiliki nomina di belakangnya yang dapat berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif(Moeliono dkk, 1988:136).
Pengertian Bahasa Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah. Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau perlambang.
Frase endosentrik apositif dalam bahasa Indonesia? Sesuai dengan permasalahan tersebut, tu- rasa endosentrik adalah frasa yang juan penelitian ini adalah untuk mendeskrip- mempunyai distribusi yang sama de- sikan tipe frasa endosentrik apositif pada ngan unsurnya, baik semua maupun konstruksi kalimat bahasa Indonesia. De- salah satu unsurnya. Unsur-unsur tersebut ngan demikian, hasil penelitian ini diharap- berkedudukan setara dan maknanya me- kan dapat memberikan sumbangan pemikir- ngacu pada referensi yang sama (Ramlan, an terhadap deskripsi tentang frasa endo- 1987:155). Kemudian, yang dimaksud de- sentrik apositif pada khususnya serta per- ngan aposisi adalah kata, frasa, atau klausa kembangan ilmu bahasa Indonesia pada yang berfungsi memberikan keterangan umumnya. tambahan pada inti, tetapi merujuk pada re- ferensi yang sama dengan disertai oleh jeda atau tanda koma, baik disertai dengan titik.
Tabloid bola adalah tabloid olahraga Indonesia yang terbit tiga kali dalam seminggu, pada hari senin, kamis, dan sabtu. Tabloid ini merupakan tabloid olahraga yang populer dan bisa dibilang merupakan pelopor dalam penerbitan media massa bertema olahraga di Indonesia.
Bola awalnya terbit sebagai sisipan harian kompas pada 3 maret 1984, namun empat tahun kemudian mulai diterbitkan terpisah. Hingga tahun 1997, bola hanya diterbitkan sekali seminggu, yaitu pada hari jumat, tabloid bola mempunyai fokus pada berita-berita sepak bola dan sering mengirimkan wartawannya untuk meliput ajang-ajang olahraga di luar negeri, termasuk piala dunia fifa.
Masthead tabloid bola dan rancangan halaman depannya telah banyak dikopi tabloid-tabloid olahraga sejenis di indonesia. Selain tabloid bola, tabloid bola kini juga diterbitkan dalam format majalah: bolavaganza, yang membahas tentang sepak bola namun lebih terfokus pada artikel-artikel non-berita yang terbit pertama kali pada bulan november 2001, dan bola sports (terbit 2004), yang mempunyai fokus pada cabang olahraga lainnya namun sayang bola sports memberhentikan peredaran pada tahun 2005 dan juga bola poster yang diterbitkan perdana pada tahun 1999.
Rubrik adalah ruangan yang terdapat dalam surat kabar yang memuat isi dan berita, ruangan khusus yang dapat dimuat dengan periode yang tetap dengan hari-hari tertentu atau beberapa minggu sekali, yang membuat masalah masing-masing sesuai yang ditulis rubrik tersebut
2.    Identifikasi Masalah
Berdasarakan uraian yang telah dikemukakan, peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
a.    Unsur-unsur yang merupakan aposisi yaitu frase endosentrik apositif dalam rubrik dialog pada tabloid bola edisi bulan april 2010.
b.    Sifat yang terdapat pada frase endosentrik apositif dalam rubrik dialog pada tabloid bola edisi bulan april 2010.
3.    Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, peneliti dapat membatasi permasalahan sebagai berikut:
a.    Unsur-unsur yang merupakan aposisi yaitu frase endosentrik apositif dalam rubrik dialog pada tabloid bola edisi bulan april 2010.
b.    Sifat yang terdapat pada frase endosentrik apositif dalam rubrik dialog pada tabloid bola edisi bulan april 2010.
4.    Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang ada, peneliti dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:
a.    Apa saja unsur-unsur yang merupakan aposisi yaitu frase endosentrik apositif dalam rubrik dialog pada tabloid bola edisi bulan april 2010?.
b.    Bagaiamana sifat yang terdapat pada frase endosentrik apositif dalam rubrik dialog pada tabloid bola edisi bulan april 2010?.
5.    Tujuan Penelitian
a.    Mendeskripsikan unsur-unsur yang merupakan aposisi yaitu frase endosentrik apositif dalam rubrik dialog pada tabloid bola edisi bulan april 2010.
b.    Mendeskripsikan sifat yang terdapat pada frase endosentrik apositif dalam rubrik dialog pada tabloid bola edisi bulan april 2010.
6.    Manfaat Penelitian
a.    Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai langkah awal untuk penilitian selanjutnya demi peningkatan kualitas di bidang ketatabahasaan khususnya bahasa Indonesia.
b.    Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini bermanfaat dalam mengembangkan teori-teori tentang kebahasaan dan diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan pelengkap dalam bidang frase.


B.    Kajian Teori
1.    Pengertian Frase
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.
Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu
a.    Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
b.    Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: s, p, o, atau k.
2.    Macam-macam frase
a.    Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
1)    Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek-nenek pembinaan dan pengembangan
Laki bini belajar atau bekerja
2)     Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang
Hari libur
Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.
3)    Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: susi, anak pak saleh, sangat pandai.
Dalam frase susi, anak pak saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak pak saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu susi. Karena, unsur anak pak saleh dapat menggantikan unsur susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak pak saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak pak saleh sangat pandai.
Unsur susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak pak saleh merupakan aposisi (ap).
b.    Frase eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1a sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1a sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1a sedang bergotong royong …. Kelas
c.    Frase nominal, frase verbal, frase bilangan, frase keterangan.
1.    Frase nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
Misalnya: baju baru, rumah sakit
2.    Frase verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
3.    Frase bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
4.    Frase keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
5.    Frase depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frase sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa
d.    Frase ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.
Misalnya: perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:
1. Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
2. Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.

C.    Metode Penelitian
1.    Subjek dan objek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah rubric “dialog” yang terdapat dalam tabloid bola edisi bulan april selama satu periode april 2010. Terdapat 10 rubrik “dialog” yang akan dianalisis, alas an dipilihnya rubric “dialog” dalam penelitian ini karena dalam rubric “dialog” banyak dijumpai jenis frase, khususnya frase endosentrik.
2.    Objek
Objek dalam penelitian ini adalah frase endosentrik yang terdapat dalam rubric “dialog” pada tabloid “bola” edisi april 2010. Frase yangt ada dalam rubric “dialog” tidak semuanya diteliti, tetapi diambil frase endosentrik saja khususnya frase endosentrik apositif yang digunakan.
3.    Metode analisis data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan menggambarkan atau mendeskripsikan data-data kualitatif yang diperoleh melalui studi deskriptif di antaranya sebagai berikut:
a.    Data yang diperoleh melalui tabloid yang diteliti dikumpulkan.
4.    Metode Pengumpulan Data
a.    Teknik Baca
    Untuk memperoleh data-data yang lengkap, peneliti menggunakan teknik baca catat. Yaitu membaca sumber-sumber yang menjadi subjek dan objek kajian makalah ini, kemudian mencatat hal-hal yang terkait dengan kartu data.
b.    Untuk memperoleh hasil penelitian dilakukan berdasarkan teori yang relevan
c.    Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini berupa kartu data. Kartu data digunakan untuk mencatat data dari hasil pembacaan tabloid, ataupun catatan lepas yang diperkirakan berkaitan dengan pembahasan.











DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: P.T. Grasindo.
Kridalaksana, Harimurti. 1977. Masalah Aktif-Pasif Dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada.
______. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: P.T.Gramedia.
Meliono, Anton M. dan Soenjono Oardjowidjojo, peny. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ramlan,M. 1987.Morfologi. Yogyakarta: C.V.Karyono.
______.1987.Sintaksis. Yogyakarta:C.V.Karyono.
_______. 1992. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Sudaryanto. 1983. Predikat-Objek Dalam Bahasa Indonesia: Keselarasan Pola Urutan. Jakarta: ILOEP-Ojambatan.

bahasa slang

Ragam bahasa merupakan bentuk variasai dalam suatu bahasa. Slang adalah ragam bahasa tidak resmi, dan tidak baku yang sifatnya musiman, dipakai oleh kelompok sosial terteentu untuk komunnikasi intern, dengan maksud, agar yang bukan anggota kelompok tidak mengerti. Slang di ciptakan oleh perubahan bentuk pesan linguistik tanpa mengubah isinya untuk maksud penyembunyian atau kejenakaan, jadi slang bukanlah jika kita berbicara yang seharusnya sebuah bahasa, melainkan hanya transformasi parsial sebagian dari suatu bahasa menurut pola-pola tertentu. Delly Hynes berpendapat bahwa suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen (SPEAKING) sebagai berikut: S: (setting and scene) waktu dan tempat P: (participants) pihak yang terlibat dalam pertuturan E: (ends) maksud dan tujuan pertuturan A: (act sequence) bentuk ujaran dan isi ujaran K: (key) nada, cara dan semangat suatu peran disampaikan I: (instrumentalities) jalur dank ode ujaran yang digunakan, missal; lisan, tulis, dialeg. N: (norm of interaction) aturan dalam berinteraksi, missal; cara bertanya, penafsiran terhadap ujaran dari lawan tutur. G: (genre) jenis bentuk penyampaiannya, missal; narasi puisi, doa, dll.